Tag
DIKTI, Gelar, Linier, Mahasiswa, Pendidikan, Penting, Perguruan Tinggi, UNESCO
Akhir-akhir ini Dikti mensyaratkan linieritas pendidikan bagi dosen yang akan mengajukan jabatan fungsionalnya ke jenjang Guru Besar (profesor). Dengan cara ini diharapkan para guru besar mempunyai kepakaran yang tinggi sesuai dengan pendidikannya.
Menurut Prof. Ir. Urip Santoso, S.IKom., M.Sc., Ph.D: “Persyaratan ini tentu saja memupus harapan bagi para dosen yang tidak linier jenjang kepakarannya.” Namun, masih bayak dosen yang bingung mengenai konsep linieritas ini.
Saat ini ada kecenderungan melinierkan sesuatu yang sebenarnya memang tidak (perlu) linier. Memang ada yang bisa mempunyai hubungan yang linier, dari satu titik ke titik berikutnya membuat sebuah garis lurus. Apalagi dalam jangka (atau jarak) pendek. Tapi banyak hal yang memang tidak linier. Jalan yang berliku, jalan yang tidak lurus. Sayangnya, seringkali yang tidak linier tersebut hanya bisa dicari solusinya dengan cara membuatnya menjadi linier, dengan merubahnya ke dalam bentuk logaritma, atau natural logaritma.
Mengutip sumber dari website Kopertis 3, Hal ini bisa dibaca di Lampiran 4 tentang Koding Rumpun, Sub Rumpun dan Bidang Ilmu (mulai dari halaman 17, terutama baca VI Rumpun Ilmu Teknik ada di hal 27)
atau di buku 3 pedoman Serdos 211 juga ada lampiran ini
Prodi yang terletak di satu Sub Rumpun (dengan dua nomor pertama sama mis 421 dengan 42x ) dianggap linear, contohnya di 1. Sub Rumpun Teknik Sipil dan Perencanaan Tata Ruang dengan koding 420:
Teknik Asitektur (426), Teknik Planologi ( bisa aja 423 atau 424 ), Transportasi (428) adalah linear, namun bila Arsitekturnya adalah Desain seperti Desain inteior yang termasuk dalam sub rumpun (706) maka tak linear dengan sub rumpun Teknik Sipil.
Perlu diinfokan, untuk menempatkan dosen di homebase tertentu (bidang penugasan) atau ditugaskan mengajar di mata kuliah mana adalah wewenang pimpinan PT, mau ditempatkan sesuai gelar akademik S1 atau S2 itu hak pimpinan PT (otonomi kampus), Dikti tak bisa intervensi. Lalu kenapa masalah linear ini selalu dipermasalahkan, tak lain karena :
a) Bagi PT, berpengaruh terhadap nilai akreditasi Ban-PTnya yaitu di penilain Standar ke 4 Sumber Daya Manusia, di situ akan dinilai Kesesuaian keahlian dosen (baik dosen tetap, dosen LB atau dosen honor) apa sesuai dengan bidang penugasannya dan matakuliah yang diajarnya apa sesuai dengan gelar akademiknya. Akreditasi merupakan merek mutu dari PT, semakin bagus peringkat akreditasi semakin banyak calon mahasiswa yang datang mendaftar, dana masuk lancar membuat PT (terutama PTS) bisa lancar beroperasi, dan akreditasi yang bagus juga akan turut menaikkan peringkat PT di kancah dunia pendidikan.
b) Bagi sang dosen, selain berpengaruh ke kesempatan melamar/pindah homebase/mengajar ke PT yang dia minati, juga berpengaruh ke Kum dari nilai ijazah yang dia peroleh, kalo linear kum ijazah ( S3 =200, S2 =150, S1 =100) sementara bagi yang tak linear (kum S3 =15, S2= 10, S1= 5), dan bagi dosen yang mengajukan kenaikan jabatan akademik ke GB, seandainya berhasil, gelar jafung GB yang diperoleh akan mencantumkan bidang penugasan sesuai dengan bidang ilmu (gelar akademik terakhirnya). Contohnya bagi dosen yang bergelar S3 manajemen sedangkan S2nya lulusan akuntansi, maka dia hanya bisa peroleh gelar Profesor dengan bidang penugasan Manajemen.
Menurut Pak Albi Fitransyah:
*** Linear dan yang “terlanjur” tidak linear, namun “serumpun” ***
Beda kalau di Perguruan Tinggi di luar negeri dimana tidak dikenal istilah “LINEAR”. Yang dikenal adalah “Keserumpunan Ilmu atas dasar Integrated”. Jadi ada keteritegrasian. Ada salah satu dosen di luar negeri yg s1 nya Mathematics. s2 dan s3 nya Informatics System. Dan jadi Professor di perguruan tinggi luar negeri dan bikin buku pemrograman dan database.
Jadi disini ada “TIDAK LINEAR”, tetapi “INTEGRATED”. Aturan di Indonesia mesti DIUBAH. Ini berkaitan dengan penelitian dia saat ambil s3. Apakah bisa mengintegrasikan antara s1 dan s2 nya yang masih “serumpun”. Aturan di Indonesia TERLALU KAKU.
Menurut saya, Ini seperti matematik:
– Fungsi Linier : Mengacu kepada konsep berbeda namun berhubungan
– Fungsi Non Linier: Fungsi non linier merupakan model yang tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan fungsi linier, karena sebagian dari model linier yang ada, sesungguhnya merupakan linierisasi dari model non linier.
Seperti kata Pak Muchdie, Ir., MS, PGDiplRD., PhD.:
Masalahnya ada disiplin ilmu yang integrated, yang dibentuk dari berbagai disiplin ilmu yang lain. Ilmu Manajemen bisa linier, bisa juga tidak linier. Mereka yang mengambil S-2 Ilmu Manajemen, bisa dan boleh berasal dari bidang ilmu yang lain. Dimana-mana ini berlaku. Mereka yang lulusan Sarjana Teknik yang ingin memperdalam Manajemen Produksi atau Manajemen Teknologi, bisa saja mengambil S-2 Manajemen. Konsentrasinya kemudian, sesuai dengan pilihannya. Apakah ini tidak boleh? Tidak diakui dalam penjenjangan kepangkatan akademis?
Nah……Mungkin kita perlu merujuk dokumen UNESCO yang bertajuk “A Holistic and Integrated Approach to Values Education for Human Development” atau Paper “General Theory on Powerful Thinking (OTSM): Digest of Evolution, Theoretical Background, Tools for Practice and Some Domain of Application” 🙂
uripsantoso said:
Mengenai linieritas pendidikan memang perlu dievaluasi sejauh mana pentingnya. Konsep yang dikenalkan oleh Dikti ini juga multitafsir, sehingga perlu adanya penjelasan yang detail dari Dikti. Tks
djadja said:
Setuju pak 🙂
Ratna L. Nugroho said:
Di Indonesia ini…..yang gak penting…sering dibuat jadi penting, maklum…dunia pendidikan tingginya masih seumur jagung…
djadja said:
He..he…he Pastinya Ibu Ratna bukan termasuk kalangan itu 🙂
Meky Fitriani said:
Wah kalau begitu para “pakar” di indonesia hanya “pakar” di bidang ilmu-ilmu yang didefinisikan dikti saja (very narrow), dan tidak mampu mengaplikasikan ke”pakar”an nya di bidang lain. contoh: dengan konsep linearitas ini maka tidak akan ada pakar di bidang bioinformatics (misalnya), karena bioinformatics adalah gabungan matematika+biologi+computer science+chemistry. bahkan computer science adalah gabungan matematika+programming. atau ekonometrika adalah gabungan ekonomi+matematika+keuangan. atau nanoscience adalah gabungan physics+mathematics+chemistry, dan masih banyak lagi ilmu-ilmu yang merupakan gabungan.
untuk menjadi pakar bioinformatics, seseorang harus menguasai secara mendalam matematika, biologi,chemistry dan computer science (tidak bisa hanya satu saja), dan banyak sekali pakar bioinformatics di negara-negara lain. di indonesia, mana?
hari gini masih saja ada yang mengkotak-kotakkan ilmu, pantas saja bangsa ini (indonesia) tidak pernah berada di posisi top world ranking university, riset-risetnya tersendat-sendat atau bahkan tidak dimungkinkan karena terhalang birokrasi semisal linearitas lah, apa lah…. just my humble opinion;)
djadja said:
Pada intinya para kalangan Academisi, Bisnis/Industri, Pemerintah dan Komunitas harus berdikusi, merencanakan, mengimplementasikan dan mengawasi serta mencari bentuk pendidikan dengan melakukan riset mendalam yang mengkombinasikan kekuatan Pendidikan Linier dan Non Linier 🙂
Rushman said:
Seorang Dosen (Lektor Kepala) Pembina Utama Muda IV/c, Masa Kerja 25 Tahun, Sertifikat Pendidik tertulis “Propesional pada Bidang Teknik Elektro”, Pendidikan S1 Teknik Elektro dengan Judul Skripsi “Evaluasi Ekonomis Transformator Distribusi PT.PLN (PERSERO) Jawa Tengah” Magister S2 PSL dengan Judul Tesis “Pengaruh Paramater Lingkungan Terhadap Luaran Energi PLTS” dan Rencana kembali ke S3 PSL dengan Rencana Judul Desertasi memperdalam tesis S2, apakah ini linier? dan apakah bisa kelak setelah S3 bisa mengajukan Professor (GB)? Mohon info, trims
djadja said:
Agar lebih afdol, persyaratan resminya ada di: http://www.kopertis12.or.id/2011/02/08/persyaratan-menjadi-guru-besarlektor-kepalalektorasisten-ahli.html
Untuk contoh kasus bisa dibaca di: http://uripsantoso.wordpress.com/2011/11/24/linieritas-pendidikan-dalam-jabatan-dosen/
tugiman said:
s1 dan s2 antropologi budaya, s3 kajian budaya..berdasar keterangan diatas satu subrumpun tapi tidak linier…aneh
djadja said:
Mungkin perlu reformasi Linieritas Gelar Pendidikan 🙂
hendra said:
waduh sya dulu S1 keperawatan undip sekarang sdg kul S2 science education di hiroshima univ. gimana tuh pk?
djadja said:
Tenang saja Mas Hendra.
Rejeki dan kesempatan tidak akan kemana 🙂
sri wahyuni said:
inilah yang paling benar……rejeki dan kesempatan tidak akan kemana…tetapi seringnya bingung juga ama pemerintah terkait masalah ini … kayaknya sempit cara berfikirnya…..
djadja said:
Menjadi seoarng profesional apapun gelarnya kan lebih baik 🙂
Trie Pratiwi said:
S1 pendidikan bahasa inggris. S2 pendidikan bahasa inggris. dan S3 Ilmu pendidikan dgn orientasi teknologi pembelajaran (TP).. Apakah ini linier? Jika Disertasi nya saya tetap fokus kan pada model pembelajaran bahasa Inggris… Terima kasih
djadja said:
Jelasnya dapat dilihat di: http://dikti.go.id/blog/2015/02/04/surat-rumpun-ilmu-pengetahuan-dan-teknologi-serta-gelar/
Sohilauw 1899 said:
yang seperti ini nih membuat praktek jual beli ijasah demi melinierkan gelar marak trjadi
djadja said:
Perlu dibuktikan dengan data yang valid ….
nandia said:
saya lulusan s1keperawatan ugm, pengennya lanjut s2 ilmu faal ugm, terus tiba2 jadi galau.. hehehe
djadja said:
Jangan galau… Toh rejeki tidak kemana 🙂
meilisa said:
salam kenal…
saya lulusan S1 manajemen dan ingin lanjut kuliah S2 jurusan magister manajemen (MM),,apakah ini sudah bisa dinyatakan linear atau belum??apakah syarat jadi dosen itu saya harus mengambil S2 ilmu manajemen baru dikatakan linear…mohon balasannya…terima kasih:)
djadja said:
Sepertinya sudah sesuai “jadwal” …. Linier maksudnya 🙂
Stenli said:
Saya lulusan S1 sastra Jepang dan saya berdomisili di kota Manado, Sulawesi Utara. Saya sebenarnya ingin lanjut kuliah di jakarta utk S2 sastra Jepang, tapi karena ada sesuatu dan lain hal saya harus melanjutkan S2 saya di Manado. di Manado saya ingin lanjut kuliah S2 Pendidikan Bahasa Inggris karena tdk ada S2 sastra maupun pendidikan bahasa jepang. Apakah itu bisa dikatakan linier jika S1 sastra jepang dan S2 pendidikan bahasa inggris? Mohon balasannya. terima kasih.
Maria Trihastuti Oktavia said:
Selamat Pagi,
saya seorang mahasiswi yang sedang menempuh studi S1 Akuntansi, sedangkan saya sangat ingin melanjutkan studi S2 ke bidang psikologi, apakah dengan ketentuan kelinieran saya tidak dapat melanjutkan studi tsb? kalau seandainya bisa studi akhir yang diakui adalah psikologinya ya pak? trimakasih Bapak
ulim rokan said:
aya lulusan S1 sastra indonesia dan ingin lanjut kuliah S2 jurusan penciptan tiater,,apakah ini sudah bisa dinyatakan linear atau belum??…mohon balasannya…terima kasih:)
usmanudin said:
saya pendidikan s1 jurusan pendidikan agama islam, dan sekarang sedang mengambil s2 jurusan ilmu qur’an dan tafsir, apakah hal itu bisa dikatakan linier atau serumpun mohon pencerahan pkh bisa jadi dosen……………
Yayan Mulyana said:
Wah jadi galau mau ambil S2 Adm pendidikan sementara S1 teknik Mesin. Apakah masih ada PT yg mau terima dosen yang tidak linier untuk dosen tidak tetap misalnya?
choeroni said:
as.ww. mohon masukan bapak. saya lulusan S1 Prodi Ahwal Syahshiyyah/Hukum perdata islam, Jurusan Syariah, S2 Prodi Pemikiran islam dan S2 Prodi Pendidikan islam, sedangkan Sertifikat Pendidik saya Sejarah Peradaban islam, rencana saya mau mengambil S3 pendidikan islam karena saya sekarang banyak berkecimpung di prodi Pendidikan agama Islam, apakah yang saya lakukan ini termasuk linier atau tidak untuk bermimpi menjadi GB, ataukan saya harus mengambil S3 yang sesuai dengan SERDOS saya?. mohon masukannya bapak.
Nur Cholikul Anwar said:
Saya mau tanya:
D3 Saya Prodi Teknik Telekomunikasi (Jurusan Teknik Elektro)
S1 Saya Prodi Teknik Elektro
S2 Saya Prodi Teknik Informatika
Apakah bisa dikatakan linear?
Markus said:
Lanjut S1 nya dimana ya kak kalo bole tau?
Sama waktu s1 tetap di telekomunikasinya juga atau ke listriknya (arus kuat)?
yayan rustandi said:
Ass. wr.wb. Mohon pencerahan, saya S1 Peternakan (2004) dan sudah lulus S2 Magister Manajemen (2013), saat ini saya sedang menjalani kuliah S1 Manajemen…Pertanyaan saya, apakah nantinya S2 saya linier dengan S1 saya meskipun S1 (Manajemen) nya diambil/kuliah belakangan dibanding S2 (MM) nya?..Terima kasih…Wass.wr.wb.
Elon Ahmad S said:
….maaf mau nanya pak kalo S1 nya teknik sipil dan S2 nya teknik planologi dgn KK sistem infrastruktur dan transformasi ewilayah kota apakah itu termasuk linier atau gak ? S2 nya Planologi ITB karna dulu planologi ITb termasuk fakultas Sipil sebelum membentuk prodi SAPPK bersama arsitek..terimakasih
Eva Solita Pasaribu said:
Selamat sore Bapak/Ibu. Mohon bantuan penjelasannya. Saya Dosen dgn home base AMIK. Berlatar belakang pendidikan SI dgn gelar SE jurusan Manajemen, karena pada tahun 1996 Manajemen berada di fakultas Ekonomi. S2 mengambil jurusan Manajemen konsentrasi Manajemen Sumber Daya Manusia dengan gelar/titel MM. Dan pada saat ini sedang kuliah S3 mengambil prodi Manajemen Pendidikan. Yang ingin saya tanyakan: Apakah pendidikan yg telah dan saat ini sedang saya jalani linier/ tidak. Mohon bantuan balasan nya ya Pak. Terimakasih.
ms said:
pak, klu s1 pendidikan islam, apakah linier klu ambil s2 manajemen?
Tirta Putri said:
Selamat siang bapak / ibu. Saya adalah lulusan S1 Teknik Geologi Saat ini Sebagai Mahasiswa S2 Semester 1 Rekayasa Pertambangan (Teknik Pertambangan) bidang khusus ekonomi mineral. Sebelum saya memilih jurusan ini saya sudah melihat koding sub rumpun ilmu teknik geologi (475) dan Teknik Pertambangan (473). Menurut koding masih serumpun. Belakangan saya serching di Internet jika lulusan S1 dan S2 berbeda jika akan menjadi dosen akan diperhitungkan nilainya linear kum ijazah ( S3 =200, S2 =150, S1 =100) sementara bagi yang tak linear (kum S3 =15, S2= 10, S1= 5). Dan jika ingin melanjutkan untuk S3 dan professor dilihat kelinieritasaannya baik di dalam negeri maupun luar negeri?
Apakah saya termasuk yang tidak linier atau yang linier bapak / ibu? mohon saran sebaiknya bagaimana .
terimakasih atas bantuannya.
salam
nia said:
salam.. mau tanya nih pak. sy lulusan S1 sastra Inggris dan ingin melanjutkan ke pendidikan bahasa inggris. ini linear,serumpun,integrated atau gmana pak? sy bingung. kemudian saat mengajar(dosen) nanti apa bisa untuk lulus sertifikasi dosen? atau sy ambil S2 yang mana? terimakasih sebelumnya
agautama21 said:
Salam,
Izin bertanya Pak, saya lulusan s1 Agribisnis. Saya berencana mengambil PMDSU untuk jurusan studi Pembangunan. Saya lihat dari koding diatas tidak ada liniaritas dari agribisnis ke Studi pembangunan, namun ada hampir 5 mata kuliah yang merujuk ke studi pembanganan. Apakah hal tersebut berpengaruh dan memungkinkan bagi saya untuk mengambil studi pembangunan? Mohon pencerahannya. Trims
lekson said:
Selamat siang, Saya S1 Fisika, saya mau ngambil S2 Fisika, kalau swasta ada dimana ya…ada jurusan itu?
Supaya memenuhi linier yg diatas … apakah ada alternative lain?
Terima kasih
Lekson
denurff said:
Salam kenal Pak, saya Dewi. Saat ini saya berniat untuk mengikuti pendidikan S2 di Bidang Ilmu Studi Pembangunan, adapun latar berlakang pendidikan S1 saya adalah Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota. Mengingat saya bercita-cita ingin menjadi Dosen, apakah tujuan saya mengambil S2 Studi Pembangunan ini dianggap tidak linier dengan pendidikan S1 saya sehingga nanti akan menghambat saya apabila ingin mendaftar sebagai Dosen? Mohon masukannya Pak.
Ping-balik: Gelar pendidikan linear dan non linear apakah penting? - calesmart.com
serupaid said:
Mohon informasinya pak apakah sekarang masih berlaku? Harus sama sub rumpunnya baru dianggap linear? Kasian juga yg ambil s1 desain tapi ingin lanjut ke s2 senirupa karena minatnya berubah, atau sebaliknya (sering terjadi). Terlanjur serumpun tp tidak linear, padahal dikotomi desain dan seni semakin menipis.
Fahrozi said:
Linieritas untuk mengatasi dosen-dosen yang tidak konsisten dengan kelimuannya dan hobinya belanja gelar..Kalaupun ingin belajar bidang ilmu lain tidak perlu sampe punya gelar kok..Semoga mencerahkan 🙂
rizal said:
setuju banget dengan apa yg sdr paparkan… tapi gimana y supaya para profesor2 di Dikti bisa memikirkan kembali kebijakan /aturan yg menurut sy aneh ttg “LINIERITAS”.
Efek nya sangat buruk nih sebab kebijakan linieritas ini dapat membatasi ruang gerak setiap warga negara Indonesia yg ingin menimba ilmu.
Nazief Nirwanto said:
Mohon para petinggi pembuat kebijakan terkait membuka wawasan agar kemajuan pendidikan tinggi di Indonesia tidak terbelenggu peraturan yang kaku.
Arjuna Frans Purba said:
Iya, sedih rasanya dengan aturan itu. Saya ditolak setiap kali apply lamaran ke PTS dengan alasan tidak linear. Saya memang S-1 Akuntansi dan S-2 Manajemen dan itu pun konsentrasi saya adalah Manajemen Keuangan. Tapi dengan aturan tersebut keinginan saya untuk menjadi dosen selalu terhambat.
Rahmat Aprilfernando said:
mohon infonya pak, jika pendidikan kita sebelumnya adalah pendidikan biologi, lalu kita melanjutkan ke pendidikan selanjutnya dengan mengambil jurusan teknologi pendidikan , menurut bapak bagaimana dengan kemungkinan kita akan diterima
terimakasih sebelumnya pak
rizkaanandaputriaji said:
Pak mau tanya kalau s1 hukum bisnis dan s2 nya hukum tata negara apakah inier?