Tag

, , , , ,


Membaca, melihat dan mendengar peristiwa tewasnya 10 orang dalam pertunjukan band di Bandung pada tanggal 09 Februari 2008, bisa dianggap biasa atau luar biasa. Biasa karena kejadian tersebut telah terjadi berkali-kali dan sepertinya tidak meninggal “lesson learned” (baca: hikmah atau pelajaran) bagi semua fihak terutama kaum muda dan penyelenggara pertunjukan. Tidak biasa karena petaka tersebut mengakibatkan korban jiwa yang tidak sedikit dan menorehkan bagaimana peristiwa itu bisa “sering” terjadi.Saya coba mengerti kebutuhan kaum muda terhadap hiburan, perlunya sebuah band untuk manggung sebagai pembuktian eksistensinya dan manfaat dari penyelenggara pertunjukan seperti itu sebagai bagian dari hak asasi. Namun semua itu tidak membuat suatu azas baru yang menghalalkan segala cara seperti pemeo “Muda foya-foya, Tua kaya raya dan mati masuk syurga”. Tapi mungkin saat ini skala prioritas telah berubah dan kita lebih mendahulukan “Distorsi Lebih Besar Dari Informasi”, sehingga aspek-aspek kehidupan lebih diukur dari hal-hal yang tersurat daripada yang tersirat. Hal ini menjadi salah kaprah sehingga jauh dari arti sebuah kebanggaanseperti disindir oleh kartun berikut: 

Hai Kaum Muda……Hidupmu Sangat Berharga. Jangan biarkan kenikmatan “Fun, Food and Fashion (F3)” penuh racun itu menghancurkanmu…….